بسم الله الرحمن الرحيم

Senin, 03 Maret 2014

BAGIAN KETIGA MENELAADANI RASULULLAH SAW.(III)RIWAYAT YANG MENERANGKAN TENTANG KERINGANAN DAN KELONGGARAN KEPADA UMAT DAALAM MASALAH YANG ALLAH BOLEHKAN DAN DAALAM HAL YANG SIFATNYA KHUSUS DAN UMUM DAALAM MENGIKUTI RASULULLAH SAW

Adapun Hadis-hadis riwayat dari Rasulullah saw.yang menyebutkan,bahwa Allah telah mengumpulkan untuk Rasulullah saw.harta rampasan perang dari Bani Quraizhah,Bani Naddir,tanah Fadak,Khaibar dan yang sejenis,perhiasan-perhiasan yang dihadiahkan kepadanya,pedang yang sarungnya berlapiskan perak,atau gorden-gorden yang ada di rumahnya,bendera miliknya,keledai,unta,selimut,sorban,sepatu khuf yang diberi hadiah an-Najasyi dan lain-lain sebagaimana yang banyak diriwayatkan dalam Hadis.Juga riwayat yang menyebutkan,bahwa beliau suka manis manisan dingin,kue poding dan juga perintahnya kepada para sahabatnya, "Makanlah kalian sehingga kenyang" . dan riwayat-riwayt yang sejenis,adalah merupakan keringanan (rukhshah) dan kelonggaran yang diberikan kepada umatnya.Karena Rasulullah adalah imam umat manusia hingga hari Kiamat.Sementara itu beliau pernah brsabda:

"Aku diutus dengan membawa agama yang penuh toleran dan keringanan." (H.r. Ahmad dari Aisyah).

Juga sabdanya:

"Aku dijadikan lupa hanyalah supaya bisa menjadi sunnah." (H.r.Muslim).

Andaikan Allah tidak memberikan kelonggaran dan keringanan kepada manusia untuk melakukan apa yang dibolehkan dalam mencari atau (bekerja),mengumpulkan,dan menyimpan (menahan) harta dengan landasan ilmu,tentu mereka akan hancur binasa.Sebab Allah swt.tidak pernah mengajak makhluk-Nya untuk mengumpulkan harta dan berbagai hasil teknologi,atau melakukan perdagangan,akan tetapi Dia hanya mengijinkan mereka untuk melakukan hal itu.Sebab Allah Mahatahu kelemahan makhluk-Nya.

Allah swt.mengajak mereka untuk taat dan beribadah kepada-Nya.Dia menganjurkan kepada seluruh orang mukmin untuk selalu berdzikir,bersyukur,bertawakal kepada-Nya dan mencurahkan segalanya hanya untuk-Nya.Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

"Wahai orang-orang yang beriman berdzikirlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya," (Q.s. Al-Ahzab: 41).

وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
"Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakal,jika kalian benar-benar orang yang beriman." (Q.S. al-Ma'idah: 23),
وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ
"Dan Aku adalah Tuhanmu,maka bertakwalah kepada-Ku." (Q.s. al-Mu'minun: 52).
"Dan hanya kepada-Ku kalian harus takut (tunduk)." (Q.s. al-Baqarah:40) Dan firman-Nya,
"Dan hanya kepada-Ku kalian harus bertakwa." (Q.s. al-Baqarah:41).Dan ayat-ayat lain yang sejenis.

Kondisi manusia dalam menyikapi hal-hal yang dibolehkan dan kelonggaran-kelonggaran ini tidak seperti kondisi para nabi a.s. Karena sebagian besar manusia cendrung pada keringanan dan kemudahan-kemudahan,karena lemahnya iman mereka,kecendrungan hawa nafsu mereka pada kenikmatan-kenikmatan duniawi dan ketidak mampuan mereka untuk memikul beban pahitnya sabar dan merasa puas dengan apa yang ada.Di mana semua itu merupakan hal yang harus dan tidak boleh tidak.

Bahkan ketidak mampuan mereka seringkali menggiringnya untuk menuruti syahwat dan prilaku-prilaku buruk jika mereka tidak mampu menunaikan hak-haknya dan tidak juga melakukan syarat-syarat yang sesuai dengan ilmu dalam memperolehnya.

Ada pun para nabi a.s. mereka telah dilatih dengan dukungan kenabian,kekuatan risalah dan sinar wahyu.Sehingga mereka sama sekali tidak terseret ke dalam hal-hal yang mubah tersebut.Mereka jadikan hal-hal yang mubah itu untuk orang lain.Mereka melakukan hak-haknya,dan bukan merupakan bagian kenikmatannya.

Apakah Anda tidak memperhatikan firman Allah swt.;

"Harta rampasan (fai')apa saja yang diberikan Allah kepada rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota maka adalah untuk Allah,Rasul,anak-anak yatim,orang-orang miskin dan orang yang dalam perjalanan,supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu," (Q.s. al-Hasy: 7).

Allah telah memberitahukan bahwa harta rampasan apa pun adalah untuk Allah,Rasul,kerabat dekat dan anak-anak yatim.

Kaum Sufi mengatakan,bahwa makna kalimat, "untuk Allah dan Rasul-Nya" adalah berhak bagi Rasul untuk meletakannya dalam posisi dan porsi yang sebenarnya.Sementara itu pendapat yang mengatakan,bahwa Rasul berhak seperlima dari seperlima sesungguhnya itu adalah cara dia membagiakan menurut apa yang ia kehendaki.

Sementara itu manusia dalam melakukan tindakan yang selaras dengan Kitab Allah dan mengikuti Rasul-Nya,terbagi dalam tiga kelompok:

Pertama,orang yang selalu ketergantungan dengan keringanan,kelonggaran hal-hal yang mubah (dibolehkan) dan suka menakwil (interpretasi).

Kedua, orang yang mengerjakan semua itu dengan sempurna,disamping ia juga mengerti hukum-hukum agama,sehingga tidak ada hukum yang tidak diketahui.Kemudian ia memiliki ketergantungan dengan berbagai kondisi spiritual yang tinggi,amal kegiatan yang diridhai,akhlak yang mulia,hal-hal yang terhormat,hakikat dari berbagai kebenaran,realisasi dan kejujuran.

Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah Hadis,bahwa Rasulullah pernah bertanya kepada Haritsah,

"Bagi setiap kebenaran (haq) tentu ada hakikatnya.Lalu apa hakikat keimananmu?"

Haristah menjawabnyaa; "Saya berusaha menjauhkan diri dari dunia,tidak tidur di malam hari,haus di siang hari (berpuasa).Seakan-akan saya melihat 'Arasy Tuhanku yang begitu terang dan jelas..."

Lalu Rasulullah saw. bersabda; "Berarti engkau telah tahu,maka tetaplah pada jalan ini."

Atau beliau bersabda, "Seorang hamba yang hatinya disinari oleh Allah." (H.r. al-Bazzar dengan sanad dha'if).

Disebutkan bahwa dasar pembicaraan mereka (kaum Sufi) tentang ilmu batin ada empat Hadis;

Pertama, Hadis Jibril a.s.,ketika ia bertanya kepada Rasullah saw.tentang iman dan ihsan.Kemudian Rasulullah menjawab;

"Ihsan adalah engkau menyembah (beribadah) kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya.Kalau engkau tidak melihat-Nya,maka sesungguhnya Dia melihatmu..."

Kedua, Hadis Abdullah bin Abbas yang bercerita, "Bahwa Rasulullah menggandeng tanganku dan bersabda kepadaku;

"Wahai anak muda,jagalah (hak-hak) Allah,niscaya Dia akan menjagamu..."(H.r. Tirmidzi dari Ibnu Abbas).

Ketiga,Hadis Wabishah r.a. ketika Rasulullah bersabda kepadanya;

"Dosa adalah apa yang membekas (dan mengganjal) di dadamu,sedangkan kebaikan adalah apa yang membuat dirimu tenang."

Keempat, adalah Hadis an-Nu'man bin Basyir dari Nabi saw. saat beliau bersabda;

"Sesuatu yang halal itu sudah jelas dan yang harampun jelas.Sementara itu diantara keduanya terdapat hal-hal yang syubhat (tidak jelas)." (H.r. Bukhari-Muslim).

Dan Sabda Nabi saw;

"Tidak boleh membahayakan (diri sendiri) dan membahayakan (orang lain) dalam Islam. (H.r. Malik dari Yahya al-Mazini,Ahmad,Abdurrazzaq dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

trimakasi atas kunjungan nya
mudah mudahan taufik dan hidayah allah selalu menyertai kita