بسم الله الرحمن الرحيم

Rabu, 19 Februari 2014

3.ZUHUD

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- berkata:Zuhud adalah kedudukan spiritual yang mulia,dan merupakan dasar berbagai kondisi spiritual yang diridhai serta tingkatan-tingkatan mulia.Zuhud merupakan tapak kaki awal bagi mereka yang hendak menuju kepada Allah Azza wa Jalla,yang mencurahkan segala-galanya hanya untuk Allah,yang ridha dengan segala ketentuan Allah dan mereka yang bergantung (tawakal) kepada Allah.Maka barangsiapa tidak memperkokoh pondasinya dalam masalah zuhud maka tidak mungkin tingkatan selanjutnya akan menjadi baik dan benar.Sebab cinta dunia merupakan pangkal segala kekeliruan.Sedangkan menjauhkan diri (zuhud) dari masalah duniawi merupakan pangkal segala kebaikan dan ketaatan.

Dikatakan,bahwa seseorang yang disebut dengan nama zuhud dalam masalah duniawi maka sesungguhnya ia telah disebut dengan seribu nama yang baik,dan barangsiapa disebut dengan nama cinta dunia (tamak) maka sesungguhnya ia telah disebut dengan seribu nama yang buruk.

Dan inilah yang dipilih oleh Rasulullah.saw.untuk dirinya sendiri sesuai dengan pilihan Allah untuknya.Sementara itu sikap zuhud adalah berzuhud dari masalah yang halal.Sedangkan dalam masalah yang jelas haram atau syubhat maka meninggalkannya adalah wajib.

Sementara itu orang-orang zuhud terbagi dalam tiga tingkatan:Pertama,para pemula.Mereka adalah orang-orang yang tangannya kosong dari kemilikan,sebagaimana juga hatinya kosong dari apa yang kosong di tangannya.

Ini sesuai dengan jawaban al-Junaid _ rahimahullah _ tetkala ditanya tentang zuhud,"Zuhud adalah kosongnya tangan dari kemilikan,dan kosongnya hati dari ketamakan."

Sari as-Saqati _ rahimahullah _ ditanya tentang zuhud,maka ia menjawab,"Hendaknya hati seseorang kosong dari apa yang tak ada ditangannya."

Kedua,adalah orang-orang yang sanggup mengaktualisasikan kebenaran secara hakiki dalam berzuhud,"Zuhud adalah meninggalkan kepentingan-kepentingan nafsu dari seluruh bagian yang ada di dunia."

Ini adalah zuhud orang-orang yang sanggup mengaktualisasikan kebenaran secara hakiki.Sebab dalam berzuhud dari masalah duniawi masih ada kepentingan nafsu yang tidak didapatkan ketika berzuhud dari kepentingan-kepentingan nafsu.Seperti perasaan ringan (santai),pujian dan mencari kedudukan di mata manusia.Barangsiapa berzuhud dengan hatinya dari kepentingan-kepentingan nafsu,maka ia adalah orang yang sanggup mengaktualisasikan zuhudnya secara hakiki.

Ketiga,adalah mereka yang tahu dan yakin,bahwa andaikan seluruh dunia ini menjadi miliknya sebagai sesuatu yang halal,dan tidak bakal dihisab di akhirat nanti serta tidak mengurangi sedikitpun kedudukan mereka disisi Allah,lalu mereka berzuhud dari semua itu hanya karena Allah Azza wa Jalla,tentu zuhud mereka adalah dari sesuatu (dunia) yang sejak Allah menciptakannya Dia tidak pernah melihatnya.Rasulullah.saw.bersabda:

"Dan andaikan dunia di sisi Allah seimbang dengan berat sayap nyamuk tentu selamanya Allah tidak akan memberi minum orang kafir dari dunia sekalipun hanya setetes air." (Hr. Tirmizhi,Ibnu Majah dan Ahmad dari Abu Darda).

Maka dalam kondisi demikian mereka zuhud dan bertobat dari kezuhudannya.

Sebagaimana yang pernah ditanyakan kepada asy-Syibli _ rahimahullah _ tentang zuhud.Lalu ia menjawab,"Zuhud adalah kelalaian,sebab dunia ini tak bernilai apa-apa,maka zuhud dari sesuatu yang tak memiliki nilai apa-apa adalah kelalaian."

Yahya bin Mu'adz _ rahimahullah - berkata,"Dunia itu ibarat sepasang temanten.Barang siapa mencarinya maka ia akan bersusah payah memoles dan meriasnya.Sedangkan seorang yang zahid dunia,mencabuti rambut dan akan mengoyakkan pakaian dunia.Sementara seorang yang arif kepada Allah akan selalu disibukakan dengan Tuannya dan tak akan pernah menoleh pada dunia."

Tentu saja zuhud mengharuskan seseorang untuk selalu merangkul kefakiran (kemiskinan) dan menjadikannya sebagai pilihannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

trimakasi atas kunjungan nya
mudah mudahan taufik dan hidayah allah selalu menyertai kita