بسم الله الرحمن الرحيم

Senin, 03 Maret 2014

BAGIAN KEDUA KAUM SUFI DALAM MEMAHAMI DAN MENGIKUTI KITAB ALLAH SWT. (IV). PENJELASAN TENTANG ISTINBATH,MENDENGAR SECARA EKTASE (SAMA') DAN KONSENTRASI DENGAN MERENUNGKAN KETIKA MEMBACA DAN MEMAHAMI SERUAN YANG DI TUJUKAN KEPADA HAMBA

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- berkata: Perlu Anda ketahui,bahwa mendengar secara ekstase dan konsentrasi diri ketika mendengar (khithab) dibedakan tiga macam:

Abu Said al-Kharraz mengatakan sebagaimana yang saya trima darinya, "Tahap awal dalam mengarahkan pendengaran untuk mendengarkan al-Qur'an adalah mendengarnya secara penuh,seakan-akan Nabi saw.membacakannya kepada Anda.Dari tahapan ini kemudian Anda bertahap untuk naik lebih tinggi,sehingga seakan-akan Anda mendengarnya dari Jibril a.s.dan membacakannya kepada Nabi saw.Sebab Allah swt.telah berfirman;

"Dan sesungguhnya al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril),ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan." (Q.S. Asy-Syu'ara': 192-4).

Dari tahapan ini kemudian Anda naik ketahapan lebih tinggi lagi,maka seakan-akan Anda mendengarnya dari al-Haq swt.sendiri.Itulah makna firman Allah Azza wa Jalla:

"Dan kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Q.S. Al-Isra': 82).

Dan firman-Nya:

"Kitab (al-Qur'an ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. Az-Zumar: 1).

Maka seakan-akan Anda mendengar sendiri dari Allah swt. Demikan halnya dengan firman-Nya,;

"Haa Miim.Diturunkan Kitab ini (al-Qur'an) dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui," (Q.S. Ghafir: 1-2).

Jalan keluar untuk bisa memahami ketika Anda mendengar dari Allah swt.adalah ketika berkonsentrasi sepenuh hati (hudhurul-qalb) dan Anda hanyut untuk tidak memikirkan segala kesibukan duniawi dan nafsu Anda dengan kuatnya musyahadah,kejernihan dzikir,memusatkan segala tujuan,beretika dengan baik,menyucikan hati nurani,kejujuran dalam mengaktualisasi,kekuatan dalam berbagai pendukung kejujuran,keluar dari segala kesempitan untuk menuju arena yang sangat luas,konsentrasi dalam bermusyahadah untuk menembus kegaiban dan bersegera untuk bisa "sampai" (wushul) kepada Dzat Yang diingat dengan kegaiban dan dengan Kalam Sang Mahalembut dan Mahatahu.

Penjelasan semua ini adalah diambil dari pengertian dan hasil istinbath (ijtihad) dari firman Allah swt.,;

"Orang-orang yang beriman dengan kegaiban." (Q.S. Al-Baqarah: 3).

Abu Said bin al-A'rabi berkata,"Mereka tenggelam dan hanyut dalam kegaiban.Maka dengan kegaiban mereka beriman pada kegaiban.Dia sekali pun gaib,akan tetapi tidak akan pernah ada keraguan sedikit pun dalam hati mereka."

Allah swt.befirman;

"Maka apakah orang-orang yang menunjukan kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk?" (Q.S. Yunus: 32).

Abu Said al-Karraz _ rahimahullah _ berkata,"Segala apa yang bisa dipahami oleh makhluk dari Allah swt.sebenarnya mereka hanya mampu memahami kegaiban yang ada di luar sifat-sifat hakikat sebenarnya.Ini adalah firman Allah swt.;

"Orang-orang yang beriman dengan kegaiban." (Q.S. Al-Baqarah: 3)

Sementara itu kegaiban adalah mengukuhkan Sifat-sifat dan Asma' Allah yang dihadirkan-Nya dalam hati,dan begitu pula dengan apa yang dijadikan Sifat untuk Diri-Nya dan berita yang disampaikan kepada hamba-Nya.Akhirnya mereka mengukuhkannya sebagai Sifat-sifat.Mereka tidak mengaku bisa memahaminya secara maksimal.Apakah Anda tidak mendengar firman Allah swt. ;

"Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)-nya,niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah.Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha bijaksana.' (Q.S. Luqman: 27)?

Maka apabila sifat kalam-Nya tidak dapat dipahami dan tidak bisa sampai pada pemahaman secara maksimal,lalu bagaimana hakikat Sifat,Dzat dan Jatidiri-Nya bisa dipahami?"

Oleh karenanya orang-orang berilmu dan memiliki keahlian untuk memahami telah menetapkan,bahwa segala sesuatu yang diisyaratkan oleh orang-orang yang sanggup mengaktualisasikan masalah sebenarnya,orang-orang yang mampu menghayati dengan hati nuraninya,orang-orang arif dan orang-orang yang menauhidkan-Nya.Segala apa yang diungkapkan oleh mereka dan apa saja yang tidak cukup bila diungkapkan dengan kata-kata,tidak bisa diisyaratkan dengan bukti-bukti dan tidak bisa diisyaratkan dengan bahasa isyarat, dari berbagaimacam pengetahuan,perbedaan kondisi,kedudukan dan tingkatan spiritual serta segala hal yang mereka saksikan secara zhahir dan batin,adalah masuk dalam kategori gaib yang telah diterangkan Allah dalam firman-Nya;

"Orang-orang yang beriman dengan kegaiban." (Q.S. Al-Baqarah: 3).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

trimakasi atas kunjungan nya
mudah mudahan taufik dan hidayah allah selalu menyertai kita