بسم الله الرحمن الرحيم

Sabtu, 22 Februari 2014

7. UNS (SUKA CITA)

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- berkata:Makna uns (suka cita) dengan Allah swt.adalah ketergantungan diri kepada-Nya,menaruh kepercayaan kepada-Nya dan meminta bantuan kepada-Nya.Sementara tidak ada ungkapan lain yang lebih tepat dari ungkapan di atas.

Dalam sebuah Hadis diriwayatkan,bahwa Mutharraf bin Abdullah bin asy-Syukhair _ rahimahullah _ pernah menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz r.a.,"Hendaknya suka cita Anda hanya dengan Allah dan Anda curahkan segalanya hanya untuk-Nya.Karena sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang merasa lebih mesra dan bersuka cita dengan-Nya daripada manusai yang bersuka cita ketika berkumpul dengan orang banyak.Mereka merasa gelisah dan kesepian di saat manusia bersuka cita, dan mereka bersuka cita dan sangat mesra ketika manusia merasa gelisah dan kesepian."

Mutharraf bin Abdullah bin asy-Syukhair termasuk salah seorang tokoh tabi'in.Demikian halnya dengan Umar bin Abdul Aziz termasuk salah seorang imam (kepala negara) yang berperilaku jujur (ar-rasyidin).

Disebutkan dari sebagian orang-orang arif yang mengatakan,"Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang Dia kehendaki untuk mendapatkan hakikat kebenaran bersuka cita dengan-Nya.Maka dengan hakikat suka cita itu Dia ambil mereka untuk tidak merasa takut kepada selain Dia."

Uns (bersuka cita) dengan Allah bagi seorang hamba adalah tinkatan paripurna kesuciannya dan kejernihan dzikirnya,sehingga ia merasa cemas dan gelisah dengan segala sesuatu yang melupakannya untuk mengingat Allah.Maka pada saat itulah ia sangat bersuka cita dengan Allah swt.

Orang-orang yang merasakan uns (suka cita) dengan Allah dibedakan menjadi tiga kondisi;

Ada diantara mereka yang merasakan suka cita dengan berdzikir (mengingat) Allah dan merasa gelisah disaat lalai.Merasa senang di saat berbuat ketaatan dan gelisah di saat berbuat dosa.

Ini sebagaimana yang diceritakan dari Sahl bin Abdullah yang mengatakan, "Awal suka cita seorang hamba adalah saat jiwa dan anggota tubuhnya merasa senang terhadap akalnya,kemudian akal dan jiwanya merasa senang dengan ilmu syariat,disusul kemudian akal,jiwa dan anggota tubuhnya mersa senang untuk beramal dengan ikhlas (murni) karena Allah.Akhirnya seorang hamba akan merasakan suka cita dengan Allah,yakni merasa senang dan simpati kepada-Nya."

Kedua,adalah seorang hamba yang merasa senang dengan Allah dan gelisah terhadap bisikan-bisikan hati,pikiran dan segala sesuatu selain Allah yang akan menghalangi dan melupakannya untuk bermesra dengan-Nya.

Sebagaimana yang dikemukakan Dzunun al-Mishri _ rahimahullah _ ketika ditanya, "Apa tanda-tanda suka cita dengan Allah?" Maka ia menjawab, "Jika Anda melihat-Nya telah menjadikan Anda merasa gelisah dengan makhlu-Nya pada saat itu Dia menjadikan Anda bersuka cita dengan Diri-Nya."

Al-Junaid _ rahimahullah _ ditanya tentang suka cita dengan Allah,maka ia menjawab,"Hilangnya hargadiri padahal saat itu ia punya wibawa."

Ibrahim al-Maristani _ rahimahullah _ saat ditanya tentang suka cita dengan Allah,mengatakan, "Senangnya hati terhadap Yang dicinta."

Sedangkan kondisi ketiga ialah tidak melihat lagi suka citanya karena adanya wibawa,kedekatan,kemuliaan dan mengagungkan disertai dengan suka cita.

Sebagaimana disebutkan oleh sebagian orang-orang yang ma'rifat,;

"Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba,dimana Dia wujudkan kewibawaan kepada mereka,sebagaimana Dia menghilangkan rasa senang dengan selain Tuhannya."

Sebagaimana pula diceritakan dari Dzunun al-Mishri _ rahimahullah - bahwa ada seseorang berkirim surat kepadanya,"Semoga Allah menjadikan anda bersukacita dengan kedekatan-Nya." Maka Dzu-Nun membalas suratnya,"Semoga Allah menjadikan Anda merasa gelisah dengan kedekatan-Nya.Sebab jika Dia menjadikan Anda merasa senang dengan kedekatan-Nya maka itu adalah kedudukan Anda.Namun jika Dia menjadikan Anda merasa gelisah dengan kedekatan-Nya maka itu adalah Kedudukan-Nya."

Maksud dari surat Dzun-Nun,"Dia menjadikan Anda merasa gelisah dengan kedekatan-Nya,"ialah menjadikan diri Anda suatu kemuliaan dan kewibawaan dengan kedekatan-Nya.

Asy-Syibli _ rahimahullah _ pernah ditanya tentang suka cita dengan Allah,maka ia menjawab, "Suka cita dengan Allah adalah kegelisahan Anda terhadap Anda dan diri Anda serta dari makhluk (alam)."

Sementara itu suka cita dengan Allah akan mengakibatkan ketenangan (thuma'ninah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

trimakasi atas kunjungan nya
mudah mudahan taufik dan hidayah allah selalu menyertai kita