بسم الله الرحمن الرحيم

Senin, 03 Maret 2014

BAGIAN KEDUA KAUM SUFI DALAM MEMAHAMI DAN MENGIKUTI KITAB ALLAH SWT.(IX).ORANG YANG BENAR DAN YANG SALAH DALAM ISTINBATH,MEMBERI ISYARAT DAN MEMAHAMI AL-QUR'AN

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- berkata:Cara yang benar dalam ber-istinbath (pengambilan kesimpulan) dan memahami makna al-Qur'an adalah hendaknya tidak mendahulukan apa yang Allah meletakan di akhir,dan juga tidak mengakhirkan apa yang Allah meletakannya di awal.Jangan sekali-kali menentang Ketuhanan (Rububiyyah),jangan keluar dari penghambaan ('Ubudiyyah) dan jangan sampai ada penyimpangan kata-kata.

Misalnya sebagaimana dikisahkan dari sebagian mereka,ketika ditanya tentang makna firman Allah swt.;

"Dan (ingatlah kisah) Ayyub,ketika ia memanggil (berdoa) kepada Tuhannya,'(Ya Tuhanku),sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit'". (Q.S. Al-Anbiya': 83).

Ia mengatakan,bahwa maknanya penyakit itu tidak menjadikanku menderita.

Saya juga mendengar dari sebagian orang diantara mereka saat ditanya tentang makna firman Allah swt.;

"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim,lalu Dia melindungimu." (Q.S. Adh-Dhuha: 6).

Maka ia menjawab,"Bahwa makna kata yatim itu diambil dari ad-durrah al-yatimah (mutiara langka yang tidak ada tandingannya)."

Yang lain ditanya tentang makna firman Allah:

"Katakanlah,'Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu'". (Q.S. Al-Kahfi: 110).

Maka ia mengatakan,"Saya adalah manusia yang sama dengan kalian menurut kalian."

Contoh penafsiran-penafsiran seperti ini adalah salah,rekayasa,kebohongan kepada Allah,kebodohan dan kurang memperhatikan kaidah-kaidah penafsiran.Itu adalah penyimpangan dan pemutar balikan kata dari posisi yang sebenarnya.Ini cara pemahaman dan pengambilan kesimpulan yang kurang sehat.

Adapun pemahaman yang benar adalah sebagaimana yang dikatakan Abu Bakar al-Kattani saat ditanya tentang makna firman Allah swt.:

"Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (Q.S. Asy-Syu'ara': 89).

Maka ia menjawab,"Bahwa dengan cara pemahaman yang benar,hati yang bersih itu ada tiga macam:

Pertama,orang-orang yang menghadap Allah Azza wa Jalla,sementara dalam hatinya tidak ada sekutu apa pun bagi Allah swt.

Kedua,orang-orang yang menghadap Allah dan hatinya tidak pernah melupakan Allah dan sama sekali tidak menginginkan selain Allah.

Ketiga,adalah orang-orang yang menghadap Allah,sementara tidak ada yang bisa berbuat apa-apa selain Allah.Ia fana dari segala kemiripan dengan Allah,kemudian fana dari Allah dengan Allah."

Sementara itu makna ucapan al-Kattani, "Fana dari Allah dengan Allah," adalah tidak melihat ketaatannya kepada Allah,dzikirnya kepada Allah dan cintanya kepada Allah,karena Allah telah mengingatnya dan mencintainya lebih dahulu sebelum makhluk mencintai-Nya.Sebab Allah mengingatnya lebih dahulu sebelum mereka mengingatnya-Nya.Allah telah mencintainya lebih dahulu,baru mereka mencintai-Nya,dan karena bantuan dan perhatian Allah kepada mereka lebih dahulu,maka mereka bisa taat kepada-Nya.

Demikian halnya dengan Syah al-Kirmani _ rahimahullah - saat ditanya tentang makna firman Allah swt.;

"(yaitu Tuhan)Yang telah menciptakanku,maka Dialah yang menunjukan aku,dan Tuhanku,Dia yang memberi makan dan minum kepadaku,dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkanku." (Q.S. Asy-Syu'ara': 78-80).

Maka al-Kirmani mengatakan, "Dialah Dzat Yang menciptakanku,Dia pula Yang menunjukan aku kepada-Nya dan bukan yang lain.Dialah Yang memberiku makanan ridha dan memberiku minuman rasa cinta kepada-Nya (mahabbah).Jika aku sakit karena melihat diriku sendiri,maka Dialah Yang menyembuhkanku dengan melihat (musyahadah) kepada-Nya.Dialah yang mematikanku dari melihat diri sendiri,dan Dia pula Yang menghidupkanku dengan-Nya,sehingga aku bisa berbuat karena-Nya dan bukan karena diriku sendiri.Dialah Dzat Yang aku sangat berharap agar aku tidak dipermalukan saat aku menghadap kepada-Nya akibat aku melihat amal dan ketaatanku.Sehingga aku nantinya merasa sangat miskin dan butuh kepada-Nya secara global."

Tatkala seorang tahu bahwa yang dicapai dan diinginkan tak akan tercapai kecuali hanya dengan Allah maka dia berkata,sebagaiman yang pernah diucapkan Nabi Ibrahim a.s.;

"(Ibrahim berdoa), 'Ya Tuhanku,berikanlah kepadaku hikmah dan masukanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh." (Q.S. Asy-Syu'ara': 83).

Dan sebagaimana Abu Bakar al-Wasithi _ rahimahullah _ ketika ditanya tentang makna firman Allah swt.;

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.Ingatlah,hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram." (Q.S. Ar-Ra'd: 28).

Maka al-Wasithi menjawab, "Hati seorang mukmin itu adalah hati yang tentram dengan mengingat Allah,sedangkan hati seorang arif tidak akan pernah tentram kecuali dengan-Nya."

Sebagaimana pula pertanyaan yang diberikan kepada asy-Syibli _ rahimahullah - tentang makna firman Allah;

"Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki,'Hendaklah mereka menahan pandangannya." (Q.S. An-Nur: 30)

Maka ia menjawab, "Maknanya ialah pandangan mata kepala dari melihat hal-hal yang Allah haramkan."

Dan sebagaimana pertanyaan yang diberikan kepada asy-Syibli _ rahimahullah _ tentang makna firman Allah;

"Sesungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya,sedang dia menyaksikannya." (Q.S. Qaf: 37).

Maka as-Syibli menjawab, "Yakni bagi orang yang Allah swt.adalah hatinya. "Kemudian dia mengucapkan sebuah syair:

Tak ada satu hati dariku yang kupersembahkan untuk-Mu,
Semua anggota badan yang ada padaku adalah hatiku untuk-Mu.

Adapun cara pemahaman dengan isyarat adalah apa yang dikatakan oleh Abu al-Abbas bin 'Atha' _ rahimahullah _ "Kebenaran itu tidak akan ditemukan bersama dengan penyimpangan."

Kemudian ia memberi isyarat pada firman Allah swt.;

"Tatapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran,maka ketahuilah,bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. Al-Baqarah: 209).

Sebagaimana pula yang pernah ia katakan, "Bahwa seorang yang mencintai-Nya tidak akan disiksa.Sementara adanya rasa sakit itu karena sifat-sifat manusiawinya. "Ia merujuk pada firman Allah swt.;

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani berkata, 'Kami ini adalah anak-anak Allah dan para kekasih-Nya'.Katakanlah,'Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosa kamu?'(Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya." (Q.S. Al-Ma'idah: 18).

Dan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Abu Yazid al-Bisthami tatkala ditanya tentang makna ma'rifat.Maka ia mengutif firman Allah swt.;

"Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri,niscaya mereka membinasakannya,dan menjadikan pendudukannya yang mulia jadi hina;dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat." (Q.S. An-Naml: 34).

Yang ia maksud dengan ayat ini adalah bahwa kebiasaan para raja jika telah menduduki suatu negeri,maka mereka akan memperbudak penduduknya sehingga mereka tunduk dan hina dihadapan para raja.Mereka tidak akan mampu melakukan apa pun kecuali mendapat perintah dari raja.Demikian pula dengan ma'rifat,jika ia telah masuk dalam hati seseorang,ia tidak akan membiarkan apa pun di dalamnya kecuali ia akan mengusirnya keluar,dan tak ada gerakan apa pun kecuali ia akan membakarnya.

Dan sebagaimana yang diisyaratkan al-Junaid _ rahimahullah _ ketika ditanya tentang ketenangan hatinya dan sedikit sekali anggota tubuhnya gemetar ketika sedang sama' (ekstase), maka ia merujuk pada firman Allah;

Dan kamu melihat gunung-gunung itu,kamu sangka dia tetap di tempatnya,padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan.(Begitulah) ciptaan Allah yang membuat dengan kokoh segala sesuatu." (Q.S. An-Naml: 88).

Dan sebagaimana yang diisyaratkan Abu Ali ar-Rudzabari _ rahimahullah _ ketika melihat para sahabatnya sedang berkumpul,maka ia membaca firman Allah;

"Dan Dia Mahakuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya." (Q.S. Asy-Syura: 29).

Abu Bakar az-Zaqqaq _ rahimahullah _ berargumentasi atas apa yang pernah dikatakan kepada az- Zuhri tentang definisi manusia,maka ia mengatakan, "Jika berbicara maka hanya sesaat dan jika diam maka dalam sehari." Ini atas dasar firman Allah swt.;

"Dan kalau Kami menghendaki,niscaya Kimi tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka." (Q.S. Muhammad:30)

Contoh-contoh yang terakhir ini dan yang semisal adalah benar.Dan hanya Allah Yang Mahatahu.Oleh karenanya,silahkan Anda mengiaskan sendiri apa yang Anda dengar dari isyarat-isyarat dan hasil ijtihad kaum Sufi terhadap apa yang telah kami paparkan di atas.Sehingga Anda mampu membedakan antara yang benar dengan yang salah.Sementara itu,orang yang cerdik akan merasa cukup dengan yang sedikit ini untuk bisa meraih yang banyak,dan dengan apa yang ada ini akan menjadikannya sebagai dalil terhadap apa yang tidak ada.Semoga Allah senantiasa memberi taufik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

trimakasi atas kunjungan nya
mudah mudahan taufik dan hidayah allah selalu menyertai kita