بسم الله الرحمن الرحيم

Selasa, 18 Februari 2014

XV.TAUHID,SIFAT ORANG YANG BERTAUHID DAN HAKIKATNYA,SERTA BERBAGAI PENDAT TENTANG MAKNA TAUHID

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- berkata:Sebagaimana yang saya terima dari Yusuf bin al-Husain ar-Razi,berkata,:

"Ada seseorang berdiri di depan Dzun-Nun al-Mishri sambil berkata, 'Beri tahu saya apa sebenarnya Tauhid itu?' Dzun-Nun menjawab,'Yaitu hendaknya Anda tahu, bahwa Kekuasaan (Qudrat) ALLAH SWT.terhadap segala sesuatu tanpa penanganan secara langsung.Sedangkan sebab segala sessuatu adalah ciptaan-Nya,dan tidak ada alasan (sebab) bagi ciptaan-Nya.Di langit yang paling tinggi maupun di bumi yang paling rendah tidak ada pengatur selain ALLAH SWT. Apa pun yang diilustrasikan oleh imajinasi Anda,maka Allah sama sekali berbeda dan bukan apa yang ada dalam benak Anda tersebut'."

Al-Junaid _ rahimahullah _ ketika ditanya tentang Tauhid mengatakan,:

"Tauhid adalah pengesaan seorang muwahhid (yang menauhidkan Allah) dalam merealisasikan Wahdaniyyah-Nya dengan kemahasempurnaan Ahadiyyah-Nya.Dimana Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa,tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan,dengan meniadakan segala persamaan,sepadan,serupa dan berbagai bentuk peribadatan (penghambaan) kepada selain Dia.Tuhan Yang tidak bisa diserupakan,dikondisikan dengan bagaimana,digambarkan dan tidak pula dapat dimisalkan.Tuhan Yang Maha Esa,Mahakekal,Mahatunggal Yang tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Al-Junaid ditanya lagi tentang Tauhid.Maka ia menjawab,:

"Tauhid adalah suatu makna, dimana berbagai gambaran hilang di dalamnya,dan berbagai ilmu pun musnah di dalamnya.Sedangkan ALLAH SWT.akan senantiasa eksis dan tidak pernah lenyap."

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- mengatakan,bahwa dua jawaban yang dikemukakan oleh Dzun-Nun dan al-Junaid adalah jawaban tentang Tauhid zhahir, yakni Tauhid orang-orang awam.Sedangkan jawaban al-Junaid yang terakhir _ sebagaimana yang saya sebutkan sebelum ini _ adalah jawaban Tauhid orang-orang khusus.

Al-Junaid ditanya tentang Tauhid orang-orang khusus (khas),ia menjawab,:

"Adalah dimana seorang hamba hanya merupakan bayangan yang tak bisa berbuat apa-apa di hadapan Allah Azza wa Jalla,dimana perbuatan-perbuatan Allah dan segala yang diaturnya berlaku padanya sesuai dengan aturan-aturan hukun dan Kekuasaan-Nya,dalam kedalaman samudra Tauhid-Nya,dengan fana (sirna) dari dirinya,doa orang lain (makhluk) untuknya dan pemenuhan terhadap hakikat-hakikat eksistensi Kemahaesaan (Wahdaniyyah)-Nya dalam hakikat kedekatannya,dengan hilangnya rasa dan geraknya.Karena al-Hak sendiri Yang menjalankan segala perintah yang diinginkan-Nya.Dimana akhir perjalanan seorang hamba kembali dalam kondisinya yang pertama.Sehingga pada saat ini ia seperti sebelum ia ada."

Al-Junaid juga berkata,:

"Tauhid adalah keluar dari kesempitan bentuk-bentuk temporal menuju ke 'halaman' luas keabadian dan kekekalan."

Jika ada orang bertanya, "Apa makna pendapat makna Al-Junaid yang mengatakan, 'Dimana akhir perjalanan seorang hamba kembali dalam kondisinya yang pertama.Sehingga pada saat ini ia seperti sebelum ia ada."Maka jawabannya adalah sebagaimana yang difirmankan Allah Azza wa Jalla:

"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi (tulang rusuk) mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?'Mereka menjawab,'Betul (Enkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.'(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat,kamu tidak mengatakan,'Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhan)'."(Qs. Al-A'raf: 172).

Al-Junaid mengemukakan tentang makna ayat tersebut,"Darimana ia berada, bagaimana ia berada sebelum saat ini ada ? Bukankah yang menjawab pada saat itu adalah ruruh yang memperlihatkan kekuasaan Allah dan melaksanakan seluruh titah-Nya? Maka keberadaannya sekarang,pada hakikatnya sama seperti sebelum ia ada.Dan inilah puncak hakikat Tauhid kepada Dzat Yang Mahatunggal,yakni hendaknya keberadaan seorang hamba seperti sebelum ia ada. Sementara ALLAH SWT.senantiasa dan tetap aksis.

Pernah ada seseorang bertanya kepada Abu Bakar Dulaf bin Jahdar asy-Syibli _ rahimahullah, "Wahai Abu Bakar,(panggilan asy-Syibli;pent.) beritahukan kepada saya tentang Tauhid murni,dengan suatu bahasa yang benar."Asy-Syibli menjawab,:

"Celaka kau!! Barang siapa menjawab tentang Tauhid,maka ia adalah orang yang kafir dan ingkar (mulhid).Dan barangsiapa memberi isyarat tentang Tauhid maka ia adalah orang yang lalai,dan barang siapa menyangka,bahwa ia dekat maka sebenarnya ia adalah jauh.Sementara orang yang berpura-pura mampu menghayati,maka sebenarnya ia adalah orang yang kehilangan.Sedangkan segala apa yang Anda bedakan dengan daya imajinasi,dan Anda pahami dengan akal sekalipun dalam makna yang paling sempurna menurut Anda,maka sebenarnya hal itu adalah sesuatu yang diatur dan berasal dari diri Anda,suatu ciptaan yang baru dan makhluk yang sama dengan Anda."

Jika kita berusaha menerangkan apa yang dikatakan asy-Syibli sebagaimana mestinya,tentu akan banyak memakan waktu.Namun dengan singkat dan ringkas sepertinya ia ingin mengatakan tentang Tauhid:Adalah menjadikan Dzat Yang Maha Qadim sebagai Dzat yang sama sekali berbeda dengan makhluk yang diciptakan (muhdats).Sementara itu,tak ada cara lain bagi makhluk kecuali hanya menyebut-Nya,menerangkan-Nya dengan sifat dan memberi atribut untuk-Nya sesuai dengan kadar yang bisa diterangkan kepada mereka dan digambarkan padanya.

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- berkata: Saya dapatkan dari Yusuf bin al-Husain tiga jawaban tentang Tauhid:

Pertama,adalah jawaban tentang Tauhid untuk orang-orang awam.Ialah dengan menjadikan Allah sebagai Dzat Yang Maha Esa,yang dengan Kemaha Esaan-Nya Dia berbeda sama sekali dengan yang lain,dengan meniadakan segala perbandingan,persamaan,padanan dan serupaan.Sementara itu ia cendrung untuk menentang rasa takut dan harapan dengan hilangnya hakikat pembenaran.Sebab dengan tetap adanya hakikat pembenaran tak mungkin bisa cendrung untuk menentang rasa takut dan harapan.

Kedua,Tauhid orang-orang ahli hakikat dari sisi zhahir.Yaitu pengakuan akan Wahdaniyyah (kemahaesaan) Allah,dengan tidak melihat pada sebab-sebab dan menghilangkan segala yang serupa.Selalu komitmen terhadap perintah dan larangan,baik secara lahir maupun batin dengan menghilangkan harapan (ar-ragbah) dan takut (ar-rahbah) kepada selain Allah swt. Itu dilakukan dengan memberikan bukti-bukti kebenaran bersama dengan memberikan bukti-bukti dakwah (ajakan) dan mengabulkannya.Kalau ditanya,"Apa makna dari ungkapan, 'Menghilangkan harapan (ar-ragbah) dan takut (ar-rahbah). 'Sementara keduanya adalah hal yang benar ?" Maka jawabannya,adalah memang keduanya merupakan hal yang benar (haq).Keduanya tetap berada pada posisinya semula.Namun kekuatan Wahdaniyyah telah memaksanya sirna,sebagaimana sinar matahari memaksa sinar planet lain dan bintang-bintang hilang,sedangkan mereka masih berada dalam posisi masing-masing.

Ketiga, Tauhid orang-orang khusus,dimana seorang hamba dengan rahasia hati,penghayatan dan kalbunya seakan-akan berada di hadapan Allah Azza wa Jalla.Dimana perlakuan dan pengendalian Allah berlaku pada dirinya.Demikian pula hukum-hukum Kekuasaan-Nya berlaku padanya dalam samudra Tauhid-Nya,dimana dirinya fana dan perasaannya pun hilang karena al-Haq melakukan segala-galanya sesuai dengan kehendak-Nya.Sehingga keberadaannya sebagaimana sebelum ia wujud.Yakni berada dalam lingkaran ketentuan hukum-hukum Allah dan melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya.

Sedangkan keterangannya adalah sebagaimana yang disinggung oleh al-Junaid dalam memahami fiman Allah azza wa Jalla dalam surat al-A'raf: 172 diatas.

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- berkata:Dalam memahami hakikat Tauhid,mereka memiliki ungkapan lain.Dimana mereka menggunakan bahasa orang-orang yang telah bisa menghayati dan menemukan apa yang ada di sisi Allah (al-wajidun).Sementara isyara-isarat mereka tentang hal itu sulit untuk dipahami.Disini kami ingin menyebutkan sekilas tentang hal itu yang mungkin dapat diterangkan dengan bahasa ungkapan,maka jadi tidak jelas dan hilang keindahannya.Saya terdorong untuk menjelaskannya,karena saya meletakan dalam bentuk tulisan dalam kitab.Sedangkan kitab bisa jadi telaah oleh orang yang bisa memahami dan juga tidak menutup kemungkinan akan ditelaah oleh orang yang tidak sanggup memahami.Kemudian mereka yang tidak paham akan celaka.

Isyarat-isyarat hakikat Tauhid ini adalah sebagiamana yang dikemukakan oleh Ruwaim bin Ahmad bin Yazid al-Baghdadi,tatkala ditanya tentang makna Tauhid, "Menghilangkan bekas-bekas sifat manusia (al-basyariyyah) dan memurnikan Sifat Ketuhanan (Uluhiyyah)".Yang dimaksud menghilangkan bekas-bekas sifat manusia.Sedangkan yang dimaksud memurnikan Sifat Ketuhanan (Uluhiyyah) ialah menunggalkan dan memurnikan Dzat Yang Maha Qadim dari segala yang baru diciptakan-Nya (al-Muhdastsat).

Sementara itu ada pula yang mengatakan,bahwa Tauhid ialah melupakan apa saja yang selain Tauhid dengan cara menauhidkan.Yakni trhadap apa yang mengharuskan hukum hakikat.Ada pula yang berpendapat,bahwa Wahdaniyyah adalah kekal-Nya al-Haq dengan fana (sirna)nya yang lain.Yakni fana yang mengharuskan fana adalah mengharuskan hukum hakikat.Dikatakan pula,bahwa Wahdaniyyah adalah kekekalan al-Haq dan fananya segala sesuatu selain Dia.Yakni fananya seorang hamba untuk tidak menyebut diri dan hatinya,dengan selalu mengingat Allah swt.dan mengagungkann -Nya.

Ada pula yang mengatakan,bahwa tak ada satu makhluk pun yang andil dalam Tauhid.Sehingga tak ada yang sanggup menauhidkan Allah kecuali Allah sendiri.Sedangkan Tauhid untuk al-Haq yang datang dari makhluk adalah kekanak-kanakan.Kami katakan,bahwa apa yang mereka isyaratkan dalam hal ini adalah _ hanya Allah Yang Mahatahu _ firman ALLAH SWT. :

"Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,Yang menegakkan keadilan.Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan demikian).Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Qs. Ali Imran: 18).

Allah telah memberikan kesaksian untuk Diri-Nya sendiri dengan Wahdaniyyah (Kemahaesaan) sebelum makhluk-Nya.Maka hakikat Tauhid dari sisi al-Haq adalah kesaksian Allah terhadap Diri-Nya sendiri dengan Wahdaniyyah sebelum makhluk-Nya.Sementara Tauhid dari sisi makhluk,adalah sebagaimana mereka menauhidkan-Nya secara hakikat dan penghayatan hati nurani (wajd),sesuai dengan kadar yang dibagikan dan yang dikehendaki Allah untuk mereka.Inilah firman Allah,:

"Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan demikian)."(Qs. Ali Imran: 18).

Ada pun dari cara pengakuan (ikrar),maka seluruh umat Islam (ahlul-qiblah:pengikut para Nabi) dalam hal ini adalah sama.Namun yang menjadi pedoman adalah yang ada dalam hati,dan bukan yang keluar dari lisan.

Asy-Syibli _ rahimahullah _ mengatakan,:

"Seseorang tak akan mencium bau Tauhid,tetkala ia mengilustrasikan Tauhid dan menyaksikan makna-makna,menetapkan Nama-nama,menambahkan Sifat-sifat dan berbagai atribut.Barang siapa menetapkan semua ini,maka ia adalah orang yang menauhidkan secara hukum dan formalitas,dan belum secara hakikat dan wajd."

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- berkata:Maknanya _ dan hanya Allah Yang Mahatahu _ ialah menetapkan Sifat-sifat dan berbagai atribut sesuai dengan apa yang digariskan.Dan tidak menetapkannya atas dasar pengetahuan,pengertian yang sangat dalam dan dugaan.

Sementara itu,dari kalangan orang-orang arif ada yang mengatakan,bahwa Tauhid adalah sesuatu yang membutakan orang yang mampu melihat,membingungkan orang yang berakal dan membuat tercengang orang yang memiliki pendirian yang kokoh.

Saya katakan:Hal ini terjadi karena orang yang telah mampu merealisasikan hal itu secara hakiki,ia akan menemukan Keagungan dan kebesaran Allah swt.dalam hati yang menjadikan akalnya bingung dan tercengang,kecuali mereka yang ALLAH SWT.kokohkan.

Abu Said Ahmad bin Isa al-Kharraz _ berkata,;

"Kedudukan spiritual (maqam) pertama kali bagi orang yang mendapatkan ilmu Tauhid dan mampu merealisasikannya secara hakiki,ialah ketika sirna (fana)nya segala sesuatu dari lubuk hatinya dan hanya menauhidkan Allah Azza wa Jalla."

Ia juga mengatakan,bahwa awal dari tanda-tanda Tauhid ialah keluarnya seorang hamba dari segala sesuatu,dan mengembalikan seluruhnya pada Dzat Yang Menguasainya.Sehingga hamba yang di kuasai-Nya terhadap Sang Penguasa,melihat segala sesuatu itu selalu dikendalikan-Nya dan Dia sangat berpengaruh di dalamnya.Kemudian mereka Dia sembunyikan dalam jiwa mereka dari jiwa mereka,Dia matikan jiwa(nafsu) mereka dalam jiwa mereka dan Dia pilih mereka untuk Diri-Nya sendiri.Inilah awal memasuki Tauhid dari segi munculnya Tauhid dengan ke abadian.

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- berkata:Sedangkan penjelasannya - dan hanya Allah Yang Mahatahu _ ialah fana dan tidak mengingat segala sesuatu karena hanya mengingat ALLAH SWT.Sedangkan yang dimaksud, "keluarnya seorang hamba dari segala sesuatu" ialah dengan tidak menisbatkan sesuatu pun pada diri dan kemampuannya.Ia melihat bahwa,Penopang dan pengendali segala sesuatu itu pada hakikatnya hanyalah Allah dan bukan mereka.Adapun makna dari ucapan Abu Said,"Sehingga hamba yang dikuasai-Nya terhadap Sang Penguasa,melihat segala sesuatu itu selalu dikendalikan-Nya," adalah memberikan isyarat penguasaan al-Haq kepadanya dan hakikat Tauhid yang diberikan,sehingga ia melihat,bahwa Penopang utama segala sesuatu adalah ALLAH SWT.dan bukan segala sesuatu itu sendiri.Tidakkah Anda melihat ucapan seorang penyair:

Dalam segala sesuatu itu ada kesaksian
yang menunjukan bahwa Dia Maha Esa.

Adapun ucapan Abu Said,"Dia sangat berpengaruh di dalamnya."maksudnya adalah bahwa corak dan warna tidak berlaku padanya dalam memandang segala sesuatu.Sebab Penopang utamanya adalah Allah Azza wa Zalla.Sementara itu,maksud dari ucapannya,"Mereka Dia sembunyikan dalam jiwa mereka dari jiwa mereka,Dia matikan jiwa (nafsu) mereka dalam jiwa mereka,"adalah tidak lagi merasakan sesuatu dan tidak melihat adanya gerakan,baik lahir maupun batin.Dimana semuanya memberikan isyarat,bahwa pada hakikatnya sirna dibawah pengendalian Kodrat dan manifestasi dari pelaksanaan apa yang dikehendaki-Nya,meskipun mungkin dinisbatkan pada penyebabnya.

Asy-Syibli _ rahimahullah _ pernah bertanya kepada seseorang, "Tahukah Anda,mengapa Tauhid tidak cocok untuk Anda?"

Orang itu menjawab,"Tidak"

Asy-Syibli _ rahimahullah _ memberi jawaban sendiri,"Sebab Anda memintanya dengan diri Anda sendiri."

Dalam kesempatan lain, asy-Syibli juga pernah berkata,"Tauhid itu tidak cocok kecuali bagi orang yang pengingkarannya adalah penetapannya."

Kemudian ia ditanya tentang apa yang dimaksud dengan itsbat (penetapan) itu? Ia menjawab,;

"Yang dimaksud penetapan ialah menghilangkan segala yang serba keakuan.(Menisbatkan segala-galanya pada dirinya sendiri;pent.)

Maknanya _ hanya Allah Yang Mahatahu _ bahwa seorang yang menauhidkan Allah pada hakikatnya adalah mengingkari penetapan pada dirinya.Yakni dengan menetapkan dirinya dalam segala hal dengan hati nuraninya.Misalnya seperti ucapannya,"Karena aku (saya),untukku,dariku,kepadaku dan lain-lain." Maka orang yang menauhidkan Allah,akan menghilangkan segala bentuk keakuan seperti di atas dan mengingkarinya dengan hati nuraninya,meskipun secara formalitas hal itu tetap mengalir dari lisannya.

As-Syibli juga pernah bertanya pada seseorang,"Anda bertauhid dengan Tauhid Basyariyyah atau Tauhid Uluhiyyah?"

Laki-laki itu balik bertanya, "Apakah diantara keduanya ada perbedaan ?"

"Asy-Syibli menjawab,"Ya."

Tauhid Basyariyyah ialah rasa takut akan siksa.Sedangkan Tauhid Uluhiyyah ialah Tauhid yang penuh pengagungan (ta'zim).

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- menjelaskan: Maknanya adalah,bahwa diantara sifat-sifat manusia adalah meminta balasan dan selalu melihat pada pekerjaannya serta banyak berharap (tamak) kepada selain Allah Azza wa Jalla.Orang yang menauhidkan Allah dengan penuh mengagungkan-Nya karena takut akan siksa-Nya.Sekalipun rasa takut akan siksa Allah adalah suatu kondisi spiritual yang sangat terhormat.

Asy-Syibli berkata,"Barang siapa mampu melihat sebesar atom (dzarrah) dari ilmu Tauhid.maka ia tak akan mampu membawa seekor kutu,karena betapa beratnya beban yang sudah ia pikul."

Tapi asy-Syibli juga pernah juga pernah berkata, "Barang siapa mampu melihat sebesar atom (dzarrah) dari ilmu Tauhid,maka ia akan sanggup membawa langit dan bumi diatas sehelai bulu matanya."

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- menjelaskan: Maknanya _ hanya Allah Yang Mahatahu _ ialah,bahwa langit,bumi dan apa saja yang diciptakan Allah akan menjadi kecil dan hina di depan matanya tetkala ia melihat Kebesaran Allah Azza wa Jalla dengan mata hatinya melalui berbagai cahaya Tauhid.

Suatu riwayat menyebutkan,;

"Bahwa Malaikat Jibril a.s. memiliki enamratus sayap:Dua sayap diantaranya jika dibentangkan maka akan menutupi ujung timur dan barat."

Juga diriwayatkan dalam sebuah Hadis,dari Ibnu Abbas r.a.;

"Sesungguhnya rupa Jibril a.s. ketika di hadapan 'Kursi' laksana rantai yang ada di bagian dada baju besi."

Disebutkan juga,bahwa Jibril a.s.,Arasy dan Kursi,bila bersama alam Malakut yang tampak pada orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan tentang Allah Azza wa Jalla ( ma'rifat billah),hanyalah laksana pasir di balik alam Malakut,atau bahkan lebih kecil daripada pasir.

Abu al-Abbas Ahmad bin 'Atha' al-Adami _ rahimahullah _ pernah mengemukakan pada sebagian ucapannya, "Tanda hakikat Tauhid adalah melupakan Tauhid.Sedangkan kejujuran Tauhid adalah melihat bahwa yang melakukan segala-galanya hanyalah Yang Mahatunggal."

Maksudnya ialah,hendaknya seorang hamba tidak melihat Tauhid dan melupakannya dalam menauhidkan Allah,dengan cara melihat bahwa yang melakukan segala-galanya adalah Allah Azza wa Jalla sebelum makhluk-Nya.Sebab andaikata Allah,dengan cara melihat bahwa yang melakukan segala-galanya adalah Allah Azza wa Jalla sebelum makhluk-Nya.Sebab andaikata Allah tidak menghendaki mereka demikian,tentu mereka tidak akan menghendakinya,dan mereka tidak akan bisa menauhidkan-Nya.

Para Guru (syekh) kita dalam masalah Tauhid ini memiliki banyak tulisan.Sementara kami hanya ingin mengemukakan sebagian dari ungkapan-ungkapan mereka yang sulit untuk dipahami maknanya.Dengan maksud agar yang lain yang belum saya sebutkan bisa dicari sendiri oleh para pembaca buku ini.Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

trimakasi atas kunjungan nya
mudah mudahan taufik dan hidayah allah selalu menyertai kita