بسم الله الرحمن الرحيم

Minggu, 23 Februari 2014

(2). Waro'

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- berkata;Kedudukan spiritual wara' adalah kedudukan spritual (maqam) mulia.

Rasullah.saw. bersabda:

"Tangga penyanggah agamamu adalah wara'." (H.r. Bazzar,ath-Thabrani dan as-Syuyuti dari huzaifah)

Sementara itu orang yang wara' ada tiga tingkatan:pertama,menjauhkan diri (wara') dari syubhat,dimana hukumnya masi belum jelas antara yang benar-benar halal dengan yang benar-benar haram.Dan ia juga berusaha menjauhkan diri dari sesuatu yang tidak bisa diharamkan atau dihalalkan secara mutlak.Untuk menyikapi di antara dua hal ini,maka ia mengambil langkah untuk jaga diri wara' dari keduanya.

Ini sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Ibnu Sirin,;

"Tak ada sesuatu yang lebih ringan bagi saya daripada wara' Sebab tatkala ada sesuatu yang meragukan maka saya tinggalkan"

Kedua,menjauhkan diri (wara' dari sesuatu yang menjadi keraguan hatinya dan ganjalan di dadanya tatkala mengonsumsi atau mendapatkannya.Ini tentu tidak bisa diketahui kecuali oleh mereka yang hatinya bersih dan orang-orang yang sanggup mengaktualisasikan kebenaran secara hakiki.

Ini sebagaimana yang disabdakan Nabi saw;

"Dosa adalah apa yang membekas (dan menjadi ganjalan).(Hr.Bukhari,Muslim,Ahmad dan Tirmizdi dari Nuas bin Sam'an).

Abu Said al-Kharraz -- rahimahullah berkata:

"Wara' adalah tindakan membersihkan diri dari perbuatan zalim terhadap makhluk sekali pun hanya seberat atom.Sehingga tak ada seorang pun diantara mereka menuntut dari suatu tindakan zalim atau tuduhan yang dialamatkan pada diri Anda."

Sebagaimana dikisahkan dari Abu Abdillah al-Harits bin Asad al-Muhasibi bahwa,tanganya tidak pernah menjamah makanan yang ada syubhatnya.

Sementara iyu Ja'far al-Khuldi -- rahimahullah -- pernah mengisahkan,bahwa diujung jari tengah al-Muhasibi ada urat,apabila tangannya hendak mengambil makanan yang ada syubhatnya maka urat itu akan menghalanginya.

Sebagaimana dikisahkan dari Bisyr al-Hafi -- rahimahullah -- bahwa ia pernah diajak kesuatu undangan.kemudian di depannya dihidangkan suatu makanan.Ia berusaha sekuat tenaga untuk mangambil makanan yang ada di depannya,namun tangannya tak juga sampai.Kemudian ia berusaha lagi sekuat tenaga,ia paksa sampai tiga kali,namun tak sampai juga.Maka seseorang yang mengenalnya berkata,"Sesungguhnya tangannya tak pernah menyentuh makanan haram atau yang didalamnya ada syubhat.Semestinya tuan rumah tidak perlu mengundang orang ini kerumahnya."

Cerita ini diperkuat oleh Sahl bin Abdullah -- rahimahullah -- :Saya mendengar Ahmad bin Muhammad bin Salim di Basrah berkata,"Sahl bin Abdullah pernah ditanya tentang sesuatu yang halal.Lalu ia menjawab,'Sesuatu yang halal ialah sesuatu yang didalamnya tidak ada tindakan maksiat kepada Allah."

Syekh Abu nash as-Sarraj -- rahimahullah -- berkata:

Sesuatu yang didalamnya ada tindakan maksiat kepada Allah,tidak bisa disiapkan untuk seseorang sehingga bisa memahaminya kecuali dengan isyarat hati.

Apabila ada orang bertanya, "Apakah anda punya dalil atau argumentasi ilmiah yang berkaitan dengan ini?" maka Anda bisa menjawabnya, "Ya,yaitu sabda Rasulullah saw. kepada Wabishah:

"Mintalah fatwa pada hatimu,meskipun banyak orang yang member fatwa kepadamu." (Hr. Ahmad,Bukhari,ad-Darimi dan ath-Thabarani).

Sebagaimana pula sabda beliau,:

"Dosa adalah apa yang membekas (dan menjadi ganjalan)di dadamu."

Tindakan anda melihat Nabi mengembalikan semua itu pada isyarat hati nurani?

Ketiga,adalah orang orang arif dan sanggup menghayati dengan hati nuraninya.Ini sebagaimana yang dikatakan Abu Sulaeman ad-Darani ,"Segala sesuatu yang menjadikan Anda lalai dengan Allah maka itu merupakan bencana bagi Anda."

Dan sebagaimana jawaban Sahl bin Abdullah -- rahimahullah -- saat ditanya halal yang murni adalah sesuatu yang didalamnya Allah tidak dilupakan."

Sementara wara' terhadap sesuatu yang tidak akan melupakan Allah adalah wara',yang ditanyakan kepada Abu Bakar Dulaf bin Jahdar As-Syibli - rahimahullah -- "Wahai Abu Bakar,apakah wara' itu?"Ia menjawab,"Anda bisa jaga diri (wara') dengan cara hati Anda tak terpencar untuk mengingat Allah sekalipun hanya sekejap mata."

Dengan demikian,maka tingkatan wara' yang pertama adalah wara' kaum awam,yang kedua adalah wara' kaum khusus,dan yang ketiga adalah wara' kaum yang lebih khusus, (khushushul-khushush).

Sedangkan wara' mengharuskan berprilaku zuhud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

trimakasi atas kunjungan nya
mudah mudahan taufik dan hidayah allah selalu menyertai kita