بسم الله الرحمن الرحيم

Rabu, 19 Februari 2014

3.MAHABBAH (CINTA)

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- berkata:Ada pun kondisi spiritual mahabbah, Maka Allah telah banyak menyebutkan dalam beberapa tempat dalam al-Qur'an:

"Maka Allah kelak akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya." (Qs. Al-Ma'idah: 54)

Dan firman-Nya:

"Katakanlah,'Jika kalian(benar-benar) mencintai Allah maka ikutilah aku,niscaya Allah akan mencintai kalian." (Qs. Ali Imran:31).

Di ayat lain Dia berfirman:

"Mereka mencintai (sesembahan selain Allah) sebagaimana mereka mencintai Allah.Ada pun orang-orang yang beriman lebih berat cintanya kepada Allah." (Qs. Al-Baqarah:165).

Pada Qs. Al-Ma'idah: 54,Allah menyebutkan cinta-Nya kepada para hamba sebelum cinta mereka kepada-Nya.Sedang kan pada surat Ali-Imran:31,Allah menyebutkan cinta mereka kepada-Nya kemudian disusul cinta-Nya kepada para hamba.Dan pada surat al-Baqarah:165,Allah menyebutkan cinta mereka kepada-Nya sebagaimana cinta-Nya kepada mereka.

Kondisi spiritual mahabbah bagi seorang hamba adalah melihat dengan kedua matanya terhadap nikmat yang Allah karuniakan kepadanya.Dan dengan hati nuraninya ia melihat kedekatan Allah dengannya,segala perlindungan,penjagaan dan perhatian-Nya yang dilimpahkan kepadanya.Maka dengan keimanan dan hakikat keyakinannya ia melihat perlindungan ('inayah),petunjuk (hidayah) dan cinta-Nya yang dicurahkan kepadanya,dimana seluruhnya sudah di tetapkan terlebih dahulu sejak zaman azali.Karenanya ia mencintai Allah Azza wa Jalla.

Orang-orang yang memiliki kondisi spiritual mahabbah ini dibedakan menjadi tiga tingkatan:

Pertama,ialah mahabbah (cinta)nya orang-orang awam.Dimana mahabbah ini lahir karena kebaikan dan kasih sayang ALLAH SWT.kepada mereka.Sebagaimana yang diriwayatkan dari Nabi saw.yang bersada:

"Hati manusia diciptakan sesuai dengan kodratinya untuk cendrung mencintai kepada orang yang berbuat baik kepadanya,dan membenci kepada orang yang berbuat jahat kepadanya."

Kondisi spiritual mahabbah ini memerlukan syarat,sebagaimana yang pernah ditanyakan kepada Samnun _ rahimahullah.Kemudian ia mengatakan,Mahabbah adalah jernihnya cinta dengan disertai mengingat-Nya yang terus-menerus.Karena orang yang mencintai sesuatu ia akan banyak menyebutnya."

Sebagaimana pula yang pernah ditanyakan kepada Sahl bin Abdullah tentang mahabbah,lalu ia menjawab,Mahabbah adalah kecocokan hati dengan Allah swt.dan senantiasa cocok dengan-Nya,serta mengikuti Rasulullah.saw.dengan senantiasa mencintai yang sangat mendalam untuk selalu berdzikir (mengingat)Allah swt.dan menemukan manisnya bermunajat kepada Allah Azza wa Jalla."

Al-Hasan bin Ali r.a.pernah ditanya tentang mahabbah,kemudian ia mengatakan,;

"Mahabbah ialah mengerahkan segala kemampuan,sementara Yang dicinta (al-Habib) akan berbuat apa saja yang Dia inginkan."

Sebagaimana pula yang pernah ditanyakan kepada sebagian syekh Sufi tentang mahabbah.Kemudian ia menjawab,;

"Mahabbah ialah cinta yang merasuk ke dalam hati untuk selalu memuji kepada Yang dicinta,lebih mengutamakan taat kepada-Nya dan selalu cocok dengan-Nya."

Sebagaimana dikatakan seorang penyair:

Andaikan cintamu cinta yang sebenarnya,tentu engkau akan taat kepada-Nya.Sesungguhnya orang yang mencintai akan selalu setia dan taat kepada Kekasihnya.

Kondisi spiritual mahabbah kedua adalah cinta yang muncul karena hati yang selalu melihat pada Keagungan dan kebesaran Allah,Ilmu dan kekuasaan-Nya,dimana Dia Mahakaya tidak membutuhkan apa pun.Kondisi spiritual mahabbah yang kedua ini adalah cintanya orang-orang yang jujur (ash-Shadiqin) dan orang-orang yang sanggup mengaktualisasikan kebenaran yang hakiki (al-Muhaqqiqin).

Ada pun sifat dan syaratnya adalah sebagaimana yang dikatakan ole Abu al-Husain an-Nuri _ rahimahullah _ ketika dia ditanya tentang mahabbah,;

"Mahabbah ialah menghapus segala keinginan dan menghanguskan seluruh sifat dan kebutuhan."

Abu Said al-Kharraz _ rahimahullah _ ditanya tentang mahabbah,lalu ia menjawab,;

"Berbahagialah orang yang meneguk segelas cinta-Nya,merasakan kenikmatan bermunajat kepada Dzat Yang Mahaagung dan didekatkan kepada-Nya dengan kelezatan untuk mencintai-Nya,sehingga hatinya penuh dengan cinta-Nya,terasa dekat dengan-Nya penuh kesenangan dan mencintai-Nya dengan penuh kerinduan.Duhai! Orang yang punya cinta,masih merasa kesal dengan Tuhannya.Ia cinta berat dan membuatnya sakit berat,sehingga ta ada yang dapat menentramkan hatinya dan tak ada yang bisa dicintai selain Dia."

Ada pun kondisi spiritual mahabbah ketiga adalah cintanya orang-orang yang benar-benar jujur (ash-shiddiq) dan orang-orang arif (al-'arifin).Dimana rasa cintanya muncul karena mereka melihat dan mengetahui keqodiman Cinta Allah yang tanpa sebab dan alasan apa pun.Maka demikian pula mereka harus mencintai Allah tanpa sebab dan alasan apa pun.

Sementara itu sifat cinta ini adalah sebagaimana jawaban yang diberikan oleh Dzun-Nun al-Mishri tatkala ditanya,"Apa cinta yang murni dan tak bernoda itu?" Ia menjawabnya, "Cinta kepada Allah yang murni tanpa setitik nodapun ialah,hilangnya rasa cinta dari dalam hati dan anggota tubuh.Sehingga di dalamnya tak ada lagi rasa cinta (mahabbah).Segala sesuatu hanya dengan Allah dan untuk Allah.Maka inilah orang yang benar-benar mencintai Allah."

Abu Ya'qub as-Susi _ rahimahullah _ berkata,"Rasa cinta (mahabbah) itu tidak bisa dibenarkan,sehingga seseorang keluar untuk tidak melihat lagi cintanya dan hanya melihat Dzat Yang dicintanya.Yakni sirnanya pengetahuan tentang cintanya dimana ia miliki Dzat Yang dicinta dalam kegaibana.Sementara Dia bukan karena rasa cinta (mahabbah).Jika seorang yang bercinta sanggup keluar sampai pada tingkatan ini,maka ia adalah orang yang bercinta tanpa lagi dengan cinta itu sendiri."

Al-Junaid _ rahimahullah _ ditanya tentang mahabbah,lalu ia menjawab,"Mahabbah adalah masuknya Sifat-sifat Dzat Yang dicintai sebagai pengganti dari sifat-sifat orang yang mencintai.Ini searti dengan sabda Nabi dalam sebuah Hadis Qudsinya:

"...sehingga Aku mencintainya.Jika aku telah mencintainya,maka Aku menjadi matanya yang ia gunakan untuk melihat,telinganya yang ia untuk mendengar dan tangannya yang ia gunakan untuk menangkap (memegang)'." (H.r Bukhari dan Abu Hurairah,Ahmad dari Aisyah dan ath-Thabrani dari Abu Umamah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

trimakasi atas kunjungan nya
mudah mudahan taufik dan hidayah allah selalu menyertai kita